
KOLAKA, Suaramerdekajkt.com – Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), Wikan Sakarinto hadir secara langsung di Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara, dan memberikan apresiasi atas upaya dari setiap wilayah yang telah berhasil membentuk akselerator daerah yang berbasis kemitraan pentahelix.
Kendati demikian, Wikan menegaskan bahwa dalam kemitraan yang tepenting bukanlah gebyar acaranya, tetapi komitmen bersama mewujudkan pendidikan vokasi yang selaras dengan kebutuhan industri serta relevan dengan pembangunan, baik di daerah maupun di skala nasional.
“Vokasi tidak mungkin berjalan sendiri. Link and match, untuk bisa link mungkin tidak sulit, tapi untuk match ini masih menjadi tantangan. Kita harus tinggalkan cara tradisional, jangan kita mendidik dengan keyakinan sendiri yang ternyata sudah tidak relevan dengan kebutuhan industri yang kebaruannya begitu cepat,” tegas Wikan pada kegiatan Gebyar Menara Vokasi di Kolaka, Selasa (7/12).
Fokus pembentukan akselerator daerah sendiri mengacu pada program destinasi super prioritas dan pembangunan ekonomi di kawasan 3T. Seperti di wilayah Toba, Sumatera Utara dan Labuan Bajo, NTT yang membutuhkan sumber daya manusia (SDM) terampil untuk pengembangan kawasan wisata.
Peluang ini tentunya dapat diisi oleh para lulusan vokasi yang merupakan putra-putri daerah setempat. Pada kesempatan tersebut, Wikan juga mengungkapkan bahwa dukungan serta komitmen dari pemerintah daerah sangatlah penting, terutama dalam mengatasi persoalan ketenagakerjaan.
Ia mencontohkan kemitraan yang dibangun oleh Politeknik Negeri Ujung Pandang (PNUP) dan beberapa industri, seperti PT Vale, PT Antam, dan PT Ceria yang bekerja sama dalam pembuatan program studi di kampus cabang PNUP di Kolaka. Menurut Wikan, hal ini merupakan bentuk nyata dari “memasak bersama” antara pendidikan vokasi dengan industri.
“Dari pembuatan prodi kemudian menyusun kurikulumnya juga bersama. Kita harus punya mindset bahwa yang dibutuhkan oleh industri adalah lulusan vokasi yang siap kerja dan mampu mengerjakan pekerjaan, bukan sekadar lulus mendapat ijazah. Sementara kita masih memiliki tantangan terkait penguatan soft skills. Kalau kita terus mengejar penguasaan hard skills, dalan beberapa tahun ke depan pasti akan tertinggal,” jelasnya. (nya/69)