Kupas Rahasia dan Trik Film dari Ahlinya.

Bali Makarya Festival Film Pendek dan Dokumenter, 2021.

DENPASAR, Suaramerdekajkt.com
Demi membangkitkan gairah sineas, Bali Makarya mempersembahkan Bali Makarya Festival Film Pendek dan Dokumenter. Yang diharapkan akan menjadi salah satu perangkat penggerak perubahan. Di tengah geliat untuk keluar dari lipatan dan himpitan Covid-19.

Workshop film secara daring telah dilakukan pada Sabtu (21/8/ 2021) kemarin. Selain workshop film, ada juga festival yang merupakan bagian dari perayaan atau apresiasi terhadap karya anak bangsa .

Workshop film muncul dari niatan membuat festival film di Bali untuk mengungkap rahasia praktisi film. Salah satunya Garin Nugroho.

Hadir turun gunung pengajar dan pengamat perfilman Indonesia, Tommy F Awuy. Cum penggagas Bali Makarya. Dengan membawakan topik; “Gagasan Kesenian dalam Era Digital Proses Kreatif Produksi Film”.

Garin Nugroho menawarkan topik trik memproduksi film dan esensi dalam membangun tim produksi yang solid, pada sesi “Dibalik Rahasia Garin Nugroho”.

Sutradara film dokumenter dan pengajar videografi, IGP Wiranegara mengajukan topik “Teknik Dalam Memproduksi Film Pendek dan Dokumenter”. Produser Film Pintu Terlarang (The Forbidden Door) Sheila Timothy mengantarkan topik “Distribusi Film dan Pemasarannya di Kancah Nasional dan Internasional”.

Christia Permata Dharmawan, Festival Director “Bali Makarya Festival Film Pendek dan Dokumenter 2021″ mengatakan, ajang ini merupakan satu inisiatif representasi kesatuan rasa dan resiliensi, dalam berkarya bagi kemanusiaan dan lingkungan.

“Semoga walaupun dijalankan secara online, kami berharap tidak menghilangkan esensi dari acara ini. Bermanfaat secara signifikan dalam memupuk kualitas insan perfilman dalam berkarya dan berkreatifitas, “ katanya di Denpasar.

Pada puncak perayaan festival tanggal 2 Oktober nanti, rencananya akan juga dilakukan secara online.

Tommy F Awuy mengatakan workshop merupakan hasil niatan yang muncul dalam obrolan santai dengan beberapa kawan soal tertahannya rasa ingin berkarya, tapi terhadang kondisi krisis hampir di berbagai hal karena pandemi.

BACA JUGA :  BAZNAS Luncurkan Program Pemberdayaan Urban 

Di Bali khususnya krisis itu sangat terasa langsung dengan ditutupnya gerbang parawisata.

“Tapi, jika kita menerima begitu saja keadaan, maka kita tidak akan berbuat apa-apa. Terkesan menyerah total pada keadaan. Maka muncul semangat untuk berbuat sesuatu sekalipun sulit,” kata Dosen filsafat di beberapa perguruan tinggi di Indonesia ini.

Dari festival ini, peserta akan belajar dari ahlinya langsung. Harapannya, akan muncul sineas-sineas yang mendapat ilmu tentang bagaimana memproduksi film dan mendistribusikannya.

Sebagai catatan, terdapat sekitar 200 peserta yang turut serta dalam festival ini. Panitia berharap dari festival ini akan muncul sineas-sineas yang bukan saja berkualitas bagi kulturnya sendiri. Tapi juga secara nasional maupun internasional.

“Munculnya gagasan membuat festival film bertujuan untuk menyemarakkan festival yang sudah ada dengan membuat ciri khas, yakni, “belajar dari sineas maestro”, tekan Tommy F Awuy.

Kehadiran para maestro diharapkan akan memberi bekal bagi sineas di Indonesia khususnya di Bali. Karena secara kultur, banyak sekali hal yang bisa digarap di Bali. Meski dalam keadaan yang tidak mudah di tengah kepungan pandemi.

“Tapi, dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Justru di tengah pandemi ini, semangat kita jadi dan tetap berkobar,” pungkas Tommy F Awuy. (Bb-69).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *




Enter Captcha Here :