
JAKARTA, Suaramerdekajkt.com – Dalam rangka peningkatan penggunaan produk Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam negeri, maka dilakukan perencanaan perancangan produk di bidang TIK yaitu salah satunya Laptop Merah Putih yang akan diproduksi di dalam negeri.
Laptop ini dibuat menggunakan sumber daya manusia (SDM) dalam negeri melalui kerja sama dengan tiga perguruan tinggi, yakni Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gajah Mada (UGM) dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dan produksi laptop merah putih dapat dilakukan sebagai upaya mengurangi ketergantungan pada impor di bidang TIK.
Pembuatan laptop merah putih yang memiliki sertifikat Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) di tahun 2021 memiliki anggaran sekitar Rp 3,7 triliun untuk pengadaan unit laptop sebanyak 431.730 unit.
Dalam rapat virtual yang dihadiri oleh para dosen perguruan tinggi dari perwakilan ITB, UGM dan ITS, dengan pihak Kementerian Perindustrian, pihak Qualcomm, dan pihak Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) dibahas mengenai perencanaan Program Pengembangan Laptop Merah Putih dalam mengembangkan komponen TIK beserta industrinya, Jum’at (23/7).
Dalam rapat tersebut, Dosen Elektronika ITB, Ari Indrayanto memaparkan Program Pengembangan Laptop Merah Putih merupakan kerja sama dengan tiga perguruan tinggi saat ini ITB, UGM dan ITS bertujuan untuk catching up dan Transfer of Knowledge, menyatukan knowledge untuk belajar terlebih dahulu.
“Sehingga pada tahun 2021 ini fokus pada pematangan perencanaan laptop merah putih,” paparnya.
Selanjutnya di tahun depan 2022 bisa fokus pada pelaksanaan produksi laptop merah putih dan lulus pengujian secara elektronis dan fisik, sehingga dengan dilakukannya konsorsium ini diharapkan TKDN dapat bergerak meningkat ke hulu.
“Kita harus membuat bidang kita relevan terhadap industri di Indonesia, dan para akademisi juga membantu agar industri dalam negeri naik kelas dan bisa berkompetisi dengan produk luar,” tuturnya.
Pihaknya pun mengakui bahwa tidak ada negara yang dapat menguasai semua komponen industri, sehingga kita harus berkolaborasi dengan negara yg maju di bidang IT atau kolaborasi internasional.
“Sehingga kita bisa fokus pada upaya merakit dan medesain sampai tahun 2024, dengan harapan TKDN akan naik sekitar 40 persen – 50 persen,” ungkapnya.
Ari pun mengatakan pihaknya harus berupaya dan bergerak secepatnya dalam meningkatkan strategi industri elektronik dalam negeri terutama dalam peningkatan kualitas SDM dan kualitas infrastruktur di bidang industri dalam negeri.
Mengenai gambaran teknis keterlibatan siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) dan mahasiswa perguruan tinggi yaitu siswa SMK fokus pada perakitan dengan line production khusus untuk siswa SMK sesuai arahan dari pihak industri manufakturnya, sedangkan mahasiswa fokus pada memantau perakitan, mengevaluasi, memberi rekomendasi dan feedback ke pihak manufaktur.
Dalam perencanaan perancangan laptop merah putih ini bekerjasama dengan Qualcomm, dengan tujuan memanfaatkan chip dari Qualcomm untuk membuat device, sehingga saling menguntungkan antar kedua belah pihak.
“Qualcomm merupakan perusahaan yang bergerak di bidang teknologi industri komunikasi dengan meluncurkan produk telekomunikasi dan lebih fokus pada bidang RnD, juga mempunyai salah satu produk chipset,” kata perwakilan dari Qualcomm, Nies Purwati.
Dalam kerja sama ini, lanjut Nies, Qualcomm juga menawarkan Transfer of Knowledge dengan diadakannya course untuk para mahasiswa sehingga memiliki sertifikasi dari course tersebut, dan harapannya dapat menyiapkan engineer-engineer baru dari perguruan tinggi Indonesia.
Dalam rapat tersebut, pihak Kementerian Perindustrian, Eko YW menyampaikan bahwa terkait laptop merah putih ini, posisi Kementerian Perindustrian sangat mendukung dalam peluncuran laptop merah putih yang merupakan produk dalam negeri, sehingga dari sisi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) bisa menggandeng Electronic manufacturing services (EMS) lokal yang ada, bisa berbagi peran antara Kemendikbudristek melalui perguruan tinggi dengan industri.
“Kita ingin brand-brand lokal di bidang elektronika tetap tumbuh dalam negeri ini, kita akan hargai kepemilikan merk brand-brand lokal, karena itu akan membawa citra positif untuk negeri Indonesia kita ini,” ungkap Eko YW.
Adapun untuk industri dalam negeri harus lebih fokus memperkuat Research and Development (RnD). “Oleh karena itu, kita harus mandiri dalam segala hal di bidang industri, terutama dalam bidang TIK, agar mengurangi impor laptop dari luar negeri. Sehingga dilakukan sinergi antara Kemenperin dan Kominfo dalam komunikasi digital, mendukung sesuai fungsinya masing-masing,” jelasnya.
Langkah selanjutnya, Kementerian Perindustrian akan menyelesaikan Offset Agreement dengan pihak Google dengan Qualcomm, lalu dengan Intel dan AMD. Serta penuntasan perizinan kerja sama antar SMK, perguruan tinggi, dan dengan pihak industri.
“Harapan dari pembuatan produk Laptop Merah putih ini dapat segera di produksi dengan jumlah yang banyak dan dapat dipasarkan secara komersial, sehingga laptop merah putih dapat di manfaatkan dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah, khususnya pengadaan barang Kemendikbudristek,” harapannya. (nya/69)