Oleh Doddi Ahmad Fauji
JAKARTA, Suaramerdekajkt.com — Berbagai sumber menyebutkan, ia mantan rampok dan bandar judi, yang semula beragama Buddha, kemudian mualf untuk kristen, dan terakhir ia mualaf untuk Islam. Nama Anton Medan setelah masuk Islam, menjadi sorang proximely yang banyak dijadikan narasumber untuk media massa bersegmenkan Islam macam Republika.
Anton masuk Islam, dua tahun setelah koran yang didirikan oleh ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia), yang bernama Republika itu. BJ Habibie termasuk salah satu pendiri, dan pernah menjadi Ketua ICMI. Di saat ahli riset dan teknologi itu menjadi Ketua ICMI, ia banyak menginisiasi berdirinya lembaga atau perkumpulan yang bernafaskan ajaran Islam. Hail untuk Habibie.
Salah satu sumber online menyebutkan, Anton Medan lahir dengan nama Tan Hok Liang, dan mengubah nama menjadi Muhammad Ramdhan Efendi. lahir di Tebing Tinggi, Sumatra Utara, 10 Oktober 1957, dan meninggal di Cibinong, Bogor, Jawa Barat, 15 Maret 2021, pada usia 63 tahun, sejumlah dengan wafatnya Rasulullah Muhammad SAW.
Saya tak pernah bersua dengan Muhammad Ramdhan Efendi alias Anton Medan itu. Namun pernah berbincang-bincang dengannya di hujung milenium kedua, ya kira-kira tahun 1999. Anton mengatakan, orang China yang masuk Islam, seringkali dicurigai, sebagaimana dialamatkan kepadanya, termasuk yang dicurigai ikut menggerakan reformasi 1998, sehingga melahirkan tragedi wafatnya ratusan manusia yang terbakar bersama gedung-gedung sentra ekonomi yang hangus karena sengaja dibakar. Anton diduga ikut menyulut pembakaran tersebut. Soal dugaan ini, hingga sekarang, tidak ada pembuktiannya yang sohih.
Anton Medan mendirikan Masjid Jami’ Tan Hok Liang, yang terletak di area Pondok Pesantren At-Ta’ibin, Pondok Rajeg, Cibinong. Terlepas dari tuduhan apapun terhadapnya, saya selalu ingin memberikan aplaus untuk siapapun yang bertaubat, dan dengan kesadarannya, ia berikprah di tengah kaum fakir-miskin dan duafa. Agama apapun Anda, jika berkiprah di tengah kerumunan rakyat tak berdaya, dan benar-benar mengabdi, maka Anda termasuk bermanfaat.
Quran surat Al-Baqoroh menuturkan: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang-orang sabi’in, siapa saja (di antara mereka) yang beriman kepada Allah dan hari akhir, dan melakukan kebajikan, mereka mendapat pahala dari Tuhannya, tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak bersedih hati.
Tafsir atas ayat di atas senantiasa kontroversial. Bagi beberapa orang, tafsirnya mengandung arti, agama apapun Anda, sepanjang beriman kepada Tuhan dan hari akhirat, dan berbuat baik, maka kelak masuk sorga. Namun kaum salafiyah bersikukuh, yang masuk sorga itu adalah penganut Yahudi dan Nasrani terdahulu, sebelum Muhammad diutus menjadi Nabi cum Rasul pada usia 40 tahun.
Saya juga sempat berdiskusi dengan paman sendiri, yang kebetulan merupakan pen-da’i dari aliran Islam Wahabiah, yaitu Persatuan Islam, yang sering disingkat menjadi Persis. Salah satu sastrawan Indonesia yang meraih ilmu laduni, adalah Ajip Rosidi, dan ia termasuk pernah bersentuhan dengan ajaran-ajaran Persis, disebabkan pertemanannya dengan putra Isa Anshory, yang tercatat sebagai salah seorang Ketua dalam jamaah Persatuan Islam.
Terangkan kepadaku, apa maknanya dari ayat tersebut?
Paman saya tercenung, padahal orang Persis biasanya dengan mudah menyebut tahlilan adalah bid’ah, nabuh bedug sebelum adzan juga bid’ah, dan sekian bid’ah lainnya, memang berusaha dikoreksi oleh para ulama dari Persis. Dengan dalil ihtiyat (kehati-hatian), Persis kemudian membawa panji memerangi penyakit TBC yang menghinggapi masyarakat. TBC adalah singkatan dari Taklid, Bid’ah, dan Churofat.
Seperti apa isi perdebatan saya dengan paman, tentu akan panjang lebar bila dituturkan di sini. Namun paman saya berujar seperti ini, “Doddi mah kumaha Doddi weh, ngan ulah ngajak batur, bisi dianggap sesat. (Doddi itu ya terserah Doddi, tapi jangan mengajak yang lain, nanti dianggap sesat).
Kembali ke Anton, yang merupakan pewaris darah Mongoloid, ingin kukatakan di sini, bahwa sekian China keturunan atau peranakan, adalah para nasionalis sejati yang membela negara dan bangsa Indonesia. Jika Anda muslim dan suka membaca sejarah, setidaknya pernah mendengar Laksamana Ceng Ho lalu kemudian Raden Fatah pendiri Kerajaan Islam Demak, Sunan Muria, Sunan Bonang, Sunan Ampel, dan termasuk ketua PBNU Gus Dur, mengalir padanya darah Mongoloid.
“Saya ini China tulen sebenarnya, tetapi ya sudah nyampurlah dengan Arab, India,” ungkap Gus Dur, seperti diberitakan Kompas.com pada 30 Januari 2008 silam, seperti ditulis dalam kompas.com.
Gus Dur yang NU itu, adalah pelopor NU yang majemuk, sehingga ketika menjabat Presiden pasca-Habibie, menyatakan Imlek yang merupakan tradisi dalam Konfusias, menjadi salah satu hari libur nasional keagamaan dalam kalender pemerintahan Indonesia.
Tetapi sedih sungguh, dalam salah satu sejarah disebutkan, bahwa asal-usul orang Nusantara adalah dari Yunan, kawasan China Selatan, yang bermigrasi hingga ke Nusantara untuk menghindari perang. Saya menolak asal usul itu, sebab orang yang takut perang adalah para pecundang. Tentu saya tak mau disebut keturunan pecundang, walau saya harus membenarkan, terlalu banyak orang Indonesia, terutama yang punya jabatan, memilih jalur aman.
Semoga Anton Medan atau Muhammad Ramdhan Efendi, menerima maghfiroh (ampunan) dari Allah yang Maha Kuasa di seluruh penjuru angin, dan meraih berkah seperti yang dijanjikan-Nya. Aamiin. (Bb-69.