Oleh Surtini Puji Hastuti
PEDIDIKAN merupakan kebutuhan dasar manusia dan bangsa. Ketersediaan guru kompeten menjadi salah satu kunci keberhasilan pendidikan, selain persoalan kurikulum, sarana pendidikan, anggaran, dan sebagainya. Sayangnya, kompetensi guru hingga kini masih menjadi problem pelik, terlebih saat pandemi.
Terkait hal itu, pemerintah mengeluarkan program baru, yakni Program Guru Penggerak. Program yang ditetapkan awal Juli 2020 ini ditargetkan berlangsung hingga 2024. Rencananya akan dihasilkan 150.000 guru penggerak dari seluruh Indonesia. Dengan tagline “Mari memajukan pendidikan Indonesia dengan menciptakan pembelajaran yang berpusat pada murid dan menggerakkan ekosistem pendidikan yang lebih baik melalui Program Guru Penggerak”, sampai saat ini program tersebut sudah masuk angkatan ketiga.
Program Guru Penggerak (PGP) menambah jenis program pembinaan guru yang sudah berjalan sebelumnya, seperti program sertifikasi guru melalui Pendidikan Profesi Guru (PPG), yang dulunya adalah Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG), pembinaan kelompok guru seperti Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), dan Kelompok Kerja Guru (KKG), juga berbagai diklat guru.
Semua program tersebut dinilai masih kurang dalam meningkatkan kompetensi guru. Lantas, bagaimana dengan PGP? Sejauh mana program ini meningkatkan kompetensi guru hingga bisa meningkatkan kualitas pendidikan di negeri ini?
Salah satu tokoh yang memengaruhi Ki Hajar adalah Maria Montessori, ahli pendidikan dari Italia. Montessori dikenal dengan sejumlah filosofinya yang diterapkan hingga sekarang, di antaranya Student Center. Pemerintah pun mengadopsinya menjadi filosofi pendidikan yang berorientasi pada murid. Inilah yang juga diusung dalam PGP karena sejalan dengan kebijakan Merdeka Belajar.
Guru penggerak juga diharapkan menjadi pemimpin pendidikan sekaligus pembimbing guru lain. Karena itu, keberadaan guru penggerak tak hanya dirasakan murid, tapi juga guru lain dan sekolah, bahkan pemerintah daerah.
Dalam pembinaan guru penggerak, terdapat tiga modul pelatihan. Paket pertama adalah paradigma dan visi guru penggerak. Materinya berupa refleksi filosofi pendidikan Indonesia –Ki Hajar Dewantara– nilai-nilai dan visi guru penggerak, dan membangun budaya positif di sekolah.
Paket kedua berupa praktik pembelajaran yang berpihak pada murid dengan materi pembelajaran berdiferensiasi, pembelajaran sosial dan emosional serta pelatihan (coaching).