
Single “Dua Centang Biru“.
JAKARTA, Suaramerdekajkt.com — Apakah tanggung jawab dan tugas utama seorang penyanyi yang baik?
Menguasai pengetahuan tentang harmoni, melodi, ritme, dan penjiwaan atas sebuah lirik lagu dengan sama baiknya. Di luar perkara teknis lainnya, seperti terus berlatih, agar teknik vokalnya menyempurna seiring waktu. Apalagi sebagai penyanyi panggung, lebih banyak syarat yang dibutuhkannya.
Dan semua syarat dasariah itu, sebagaimana dikatakan Yovie Widianto, ada semua pada sosok debutan bernama Amindana Chinika (18).
Yovie yang menulis lirik single “Dua Centang Biru,” sekaligus meng-compose dan memproduksi single ini, menambahkan, Aminda — demikian Amindana disapa — juga mempunyai kekuatan sebagai penutur atau story teller yang baik, saat menyanyikan lagu.
“Jadi, lagu mengalir dengan natural, organik, sekaligus tulus dari kemampuan menyanyi Aminda,” kata Yovie Widianto saat merilis single “Dua Centang Biru” di Plataran, komplek GBK, Jakarta, Jumat (27/11/2020).
Sebagai produser single “Dua Centang Biru” yang juga sudah dapat di dengarkan di platform musik digital Spotify, Apple Music, Joox, Deezer dan Youtube Music, Yovie sadar betul dengan posisinya.
Yovie tidak sekedar bertanggung jawab pada semua aspek pembuatan single ini. Dari penulisan lirik, meng-compose lagu, melibatkan pilihan musisi, mengarsiteki instrumen, hingga membuat Aminda mampu menyelami lirik, yang sangat related, atau terkait dengan dirinya.
Lebih dari itu, Yovie harus membuat Aminda senyaman mungkin dengan single ini, dengan demikian diharapkan pesan lagunya akan sampai ke pendengarnya.
Apalagi, masih menurut Yovie, secara narasi, “Dua Centang Biru”, bercerita tentang fenomena anak- anak masa kini, atau anak milenial.
“Ada fenomena, saat WA udah dibaca, (ada tanda) dua centang biru, tapi ngga dibales-bales. Ini menarik. Lirik lagu ini sangat cocok untuk anak-anak milenial seusia Aminda. Dan kebetulan dari pengucapan dan lainnya, juga ekpresinya, (single ini) cocok dengan Aminda, tidak dengan penyanyi lain. Apalagi setelah ketemu, ternyata suaranya lebih cocok daripada suara di rekamanannya,” terang Yovie.
Yovie bercerita, dalam proses pembuatan single ini, dia dibantu oleh asisten “pribadinya”, Arsy Widianto, yang tak lain adalah anaknya sendiri.
“Yang secara kimiawi cocok saat ngobrol dengan Aminda, jadi prosesnya menjadi tidak sulit. Teknis lainnya dieksplor dengan gampang. Dua jam (rekaman) selesai. Karena spontanitas, ekpresinya dan penjiwaannya kena semua,” imbuh Yovie.

Selanjutnya, secara elaboratif Yovie bercerita, mengampu cara menyanyi yang benar dan laras kepada Aminda, bukan pekerjaan sulit.
“Saya hanya menjalani proses, (untuk kemudian) mencari nada-nada menarik (Aminda) ada di mana. Penyanyi senior sekalipun, saya pelajari, nada menariknya di mana. Sehingga diharapka bisa menyampaikan impresinya dengan bagus. Lagu bagus dengan komposisi bagus, kalau ekspresinya ngga bagus, akhirnya ngga bagus juga (hasilnya). Untuk itu diperlukan kecerdasan khusus (dari seorang penyanyi),” terang Yovie.
Yovie melanjutkan, banyak penyanyi berteknik tinggi, problemnya, tidak semua mampu menyanyi dengan melibatkan hati. Padahal kekuatan lagu, harus mampu disampaikan dengan tepat. Jika disampaikan dari hati. Dan Amindana, menurut Yovie, mempunyai kemampuan seperti itu.
Yovie berharap Aminda tidak berhenti di single ini. Karena Aminda, sekeyakinan Yovie, adalah pencerita yang baik. “Ini kekuatan yang harus kita eksplor. Betapa Indonesia memang luar biasa bakatnya,” kata Yovie sembari menambahkan, di dunia musik tidak ada persaingan. Karena, menurut dia, semua bisa indah secara bersamaan.
“Tidak seperti balap karung. Musik bisa dinikmati dengan cara berbeda. Yang bersaing biar label dan marketingnya,” katanya lagi.
Sanjung puji Yovie kepada Aminda memang seperti hujan deras. Seperti tidak berkesudahan. Apakah benar tidak ada “lubang” dari Aminda, sehingga sedemikian paripurnanya dia?

Seketika Yovie menjawab, tentu masih ada kekurangan Aminda di kebeliaannya. Menurut Yovie, hampir di setiap penyanyi mempunyai kecanggungan dalam melakukan (proses) rekaman. Tapi, imbuh dia, itu bukan hal baru.
Karena membuat lagu, harus membutuhkan tingkat atau skill tertentu. Dan manusia pada dasarnya mempunyai kekuatan untuk dieksplor. “Vokalis itu, harus latihan terus untuk mengasah kualitasnya, apalagi penyanyi panggung,” katanya mengulang, seperti hendak mengatakan, Aminda harus terus berlatih dan berlatih, sampai bertemu titik letihnya. Untuk kemudian, kembali berlatih lagi. Dan mengubah titik letih menjadi titik daya upaya yang menyenangkan. Dengan sepenuh kedisiplinan.
Karena menurut Yovie, setiap
penyanyi mempunyai kemampuan berbeda-beda. “Saya bertemu (dan berproses) dengan Glenn Fredly, Rio Febrian dan Rosa. Saya hanya bilang, kita berkarya saja yang terbaik, tapi saya tidak menjanjikan apa-apa. Rejeki urusan lain. Urusan Allah,” katanya.
Demikian halnya, dengan Aminda, Yovie juga mengatakan hal yang sama. Yang pasti, untuk single perdana ini, Aminda sepenilaian Yovie, luar biasa.
“Semua lirik, terutama di chorus, cara pengucapannya Aminda pas sekali, stakatonya kenak. Ekspresi (lirik) “Kau”, dan “Tak” pas, sehingga lagu ini menjadi mempunyai kedalaman (di tangan) Aminda,” kata Yovie. Stakato adalah menyanyikan atau memperdengarkan suatu nada atau serangkaian nada pendek-pendek, atau terputus-putus.
Lebih lanjut Yovie bercerita, melahirkan single ini di masa pandemi, bukan hal yang mudah. Tapi tidak juga sukar.
Karena, rekaman di saat pandemi bisa dilakukan di rumah dan di mana saja, dengan bantuan teknologi. Sesi string bisa dilakukan di Budapest Hungaria, dengan melibatkan Budapest Scoring Orchestra.
Sedangkan revisi lagu tetap bisa dilakukan di Jakarta (atau di mana saja). “Setiap produksi, saya selalu mencari titik optimal. Makanya saya tidak mau tergesa. Detailing menjadi sangat lama, karena saya ingin mendapatkan impresi yang optimal. Kalau cepet-cepet jadi seperti pabrik. Padahal setiap orang atau artis (penangananya) sangat berbeda-beda. Rekaman ngga lama, dalam kasus Aminda, cuman dua jam,” ujar Yovie sembari mempertanyakan gosip yang mengatakan lagu ciptaannya ditimbang mahal harganya. Meski sangat bisa jadi, sangat subyektif sekali penilaian itu.

“Itu terjadi karena, musisi pendukung di lagu saya banyak. Ada musisi string dan lain-lain,” pungkasnya.
Bagaimana perasaan Aminda atas rilis single perdananya, dan langsung bekerjasama dengan musisi sekelas Yovie Widianto?
Tak terlukiskan. Katanya. “Apalagi disupport ama kang Yovie,” kata Aminda yang mendaku dari kecil suka musik, dan sempat les piano dan gitar, juga les vokal. Intinya dari kecil, Aminda, akrab dengan dunia musik.
Sepengakuannya, waktu kali pertama workshop dengan Yovie, dia merasa grogi. “Karena saya mengidolakan kang Yovie. Sebelum kemudian, pelan-pelan ketemu (kimiawinya). Saya suka dengan liriknya, dan related, karena saya pernah merasakan hal yang sama,” kata Aminda yang sangat menggemari K-Pop.
Sehingga inspirasi visual penggarapan video klip single “Dua Centang Biru,” yang juga dilakoninya sendiri, dan sudah tayang di official YouTube channelnya, didominasi nuansa manis dan lembut, datang dari nuansa K-Pop.
Aminda yang sempat membawakan single itu secara live minus one, berharap dirinya bertahan lama dalam dunia dan industri musik Indonesia. Apalagi dukungan secara moral, doa dan finansial dari keluarga tercinta, seperti gelombang yang tak berkesudahan.
“Aku ingin tetap berkarya di dunia musik. Sekarang fokus di musik, yang lain, dunia sinetron dan film, nanti saja,” pungkasnya, sembari berjanji akan melahirkan sejumlah single baru lainnya. Panjang umur perjuangan Aminda. (Benny Benke –69).