
Jakarta, Suaramerdekajkt.com – Di masa krisis seperti saat ini, seluruh lapisan masyarakat harus saling memotivasi dan menguatkan agar kreativitas dan inovasi di museum tetap berjalan meski di tengah berbagai tantangan. Adapun bentuk kreativitas yang marak dilakukan adalah layanan digital.
“Keadaan sudah berubah karena pandemi. Maka tugas kita di Kemendikbud adalah memastikan anak-anak tetap mendapat layanan pendidikan, termasuk layanan museum,” ujar Sekretaris Pusat Penelitian Kebijakan (Puslitjak), Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan (Balitbang dan Perbukuan), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Suhadi di Jakarta.
Siswa ke museum, lanjut Suhadi, turut membentuk karakter Pelajar Pancasila. “Maka, mari kita berperan agar anak-anak tetap bisa ke museum secara virtual dan mari kita buat museum menarik agar mereka mau berkunjung,” tuturnya.
Senada dengan itu, Museolog Universitas Indonesia, Kresno Yulianto berpendapat bahwa beberapa pengelola museum sudah beradaptasi menjalankan strategi digital, misalnya dengan membuat kunjungan virtual, blog, dan interaksi di internet. Namun, ia meyakini museum harus membuat tim manajemen krisis yang lebih integratif.
Pandemi dinilai Kresno, membuat komunikasi terputus sehingga museum butuh tim manajemen krisis dan kehumasan, terutama untuk komunikasi eksternal ke publik.
Menurutnya, sektor humas dalam kondisi ini sangat menentukan. Museum harus makin gencar mengembangkan media digital interaktif yang menjangkau banyak orang. “Jangan lupa siapa media partner museum dan community relations dengan masyarakat. Itu harus dijaga,” tegasnya.
Kresno mencontohkan, museum dapat menjalankan fungsi sosial (charity) dengan berbagai komunitas nonprofit sebagai bentuk tanggung jawab sosial atau menggandeng seniman-seniman untuk membuat masker dan dijual.
“Buat yang unik-unik, dan pegang basis data pengunjung. Promosikan terus bahwa museum aman dikunjungi dengan protokol kesehatan. Seperti Museum Macan yang selalu promosi museum bisa dikunjungi secara digital. Jadi, publik juga tidak merasa hak berkunjung ke museum dikurangi,” ungkapnya. (nya/69)