Universitas Airlangga diuntungkan dengan Kebijakan Indikator Kinerja Utama bagi PTN

Rektor Universitas Airlangga (Unair), Mohammad Nasih (SMJkt/Ist)

 

Jakarta, Suaramerdekajkt.com – Rektor Universitas Airlangga (Unair), Mohammad Nasih menyampaikan bahwa kebijakan Merdeka Belajar Episode Keenam disambutan baik oleh pengusaha. Seperti diketahui, peningkatan anggaran untuk perguruan tinggi negeri (PTN) dan perguruan tinggi swasta (PTS) di tahun 2021 yang terbilang cukup signifikan yakni sebesar 4,9 triliun rupiah dibandingkan pada 2020 yang hanya sebesar 2,9 triliun rupiah.

Kenaikan tersebut kemudian dibagi untuk disalurkan pada tiga terobosan, yaitu matching fund (dana penyeimbang kontribusi mitra) sebesar 250 miliar, competitive fund (dana pemilihan program kompetisi Kampus Merdeka) sebesar 500 miliar, dan alokasi insentif biaya operasional atau bantuan pendanaan bagi PTN dengan capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) yang baik sebesar 1,3 triliun.

“Kami di kampus juga bergerilya untuk mendapatkan pendanaan yang baik, ketika itu masih segar. Namun, ketika sudah mau eksekusi, ada wabah. Cashflow perusahaan terganggu. Tetapi tanggapan kawan-kawan pengusaha luar biasa,” kata Nasih.

Terkait IKU bagi PTN. Hal tersebut dimulai dari melahirkan lulusan-lulusan yang kompetitif, sejahtera, dan relevan dengan kebutuhan zaman. Tetapi selama ini terdapat kendala dalam masalah finansial untuk berlari lebih cepat lagi dalam menyiapkan generasi-generasi yang baik.

“Saya pikir Universitas Airlangga sangat diuntungkan dengan kebijakan dari Kemendikbud, yang mana bertepatan dengan penyusunan rencana strategis (renstra) Universitas Airlangga. Karena hal-hal yang berkaitan dengan IKU, aktivitas, dan program harus mengacu kepada renstra yang dimiliki oleh universitas,” ujarnya.

Semua rektor di manapun, lanjut Nasih sepakat menggunakan IKU Kemendikbud. Bagaimana caranya menghasilkan lulusan yang lebih kompetitif dan tidak memalukan almamater.

“Selama ini, kendala kita soal finansial. Nah, sekarang sudah ada transformasi dana pemerintah untuk pendidikan tinggi. Sebagai pihak perguruan tinggi, kami merasa kebijakan ini sangat menguntungkan,” tuturnya.

Namun, menjawab kebijakan ini, pihaknya mengubah sisi kultural dengan budaya Merdeka Belajar, dan secara struktural juga kami berbenah. “Sudah ada Direktorat Pengembangan dan Inovasi Pendidikan yang akan berfokus kepada kurikulum dan learning innovation yang lebih fleksibel dan relevan,” terangnya.

Dalam pendekatan kultural telah disiapkan lima macam program strategis, yaitu smart university, smart education, meaningful research, accelerated innovations, and green campus. Sedangkan dalam segi struktural juga dilakukan berbagai macam pembenahan.

“Salah satu bentuk dorongan kami terhadap program Merdeka Belajar Kampus Merdeka adalah dengan meresmikan science and technopreneur yang diharapkan dapat mengumpulkan berbagai potensi, baik pada mahasiswa maupun dosen. Dengan tujuan agar para mahasiswa dan dosen dapat bermitra dengan berbagai pihak dan menggunakan kemampuan intelektualitasnya untuk saling menambah kapasitas diri,” ungkapnya. (nya/69)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *