Terjun ke digital, bisnis sayur Umi Kalsum di tengah Covid justru melejit

JAKARTA,Suara Merdeka.Com.- : Ibu rumah tangga adalah profesi yang mulia namun kerap dipandang sebelah mata. Padahal, menjadi ibu rumah tangga butuh kesabaran dan perjuangan yang luar biasa. Menjadi ibu rumah tangga merupakan sebenar-benarnya profesi penuh waktu dengan waktu kerja lebih besar dari profesi lainnya.

Palagi jika kemudian perempuan tak hanya bertanggungjawab melakukan kegiatan domestik, namun juga melakukan kegiatan di luar rumah (publik) untuk bekerja dan mendapatkan penghasilan. Tak terbayangkan waktu dan tenaga yang harus dialokasikan setiap harinya.

Hal ini tidak lepas dari kultur yang ada di masyarakat menuntut kemampuan perempuan yang bekerja dan mendapatkan penghasilan sekaligus tetap berperan sebagai ibu rumah tangga yang artinya peran perempuan sebagai istri, ibu dan pengelola rumah tangga.

Kondisi ini rupanya dilihat Umi Kalsum anggota BMT BiMU Way Dadi Sukarame, Bandar Lampung sejak awal memulai Nyeruit Shop sebuah bisnis jasa bahan lauk pauk dan sayur mayur siap olah sejak lima tahun lalu

“Awalnya kami tinggal di komplek baru yang belum banyak penghuni tak jauh dari UIN Raden Intan Lampung. Saya merintis bisnis penyedia sembako, lama kelamaan mulai banyak konsumen selalu bertanya apakah kami menyediakan sayuran,” tuturnya, akhir pekan lalu.

Karena memang tidak memiliki stok sayuran namun melihat permintaan yang terus muncul, Umi Kulsum berinisiatif mengambil stok sayuran yang dimilikinya. Jadilah stok sayuran yag sedianya akan dimasak untuk keluarganya dijualnya.

Jadilah sejak itu, Umi Kalsum berjualan sayuran dengan melayani pemesanan para Ibu di komplek rumah mereka yang rata-rata menjalani peran ganda sebagai pekerja sekaligus ibu rumah tangga. “Jadi malam mereka pesan, pagi sudah siap. Setiap pagi pula kami menyajikan sayur untuk kemudian kami kemas untuk dimasukkan ke dalam kulkas agar tetap segar.”

Rupanya permintaan sayur mayur berkembang menjadi bahan lauk pauk dan sayuran siap masak, dari mulut ke mulut jasa yang ditawarkan Umi Kalsum mulai diminati banyak ibu di kota tempat kelahiran Menteri Keuangan, Sri Mulyani itu. Alhasil pesanan pun semakin deras.

Dasar nasib, bencana pandemi Covid19 pun hadir, kegiatan berbelanja yang normal dilakukan para ibu di Lampung pun terganggu. Sebaliknya, jasa Umi Kalsum justru mendapatkan momentum. Pesanan membanjir.

Hal ini tidak lepas dari peran Program Pendampingan dan Pelatihan Ultra Mikro Siap Online (UMi Siap Online) yang dilakukan oleh Pusat Investasi Pemerintah (PIP) bekerjasama dengan Jago Indonesia. Umi Kalsum pun banyak belajar untuk melebarkan sayap di dunia maya, mulai dari Social Media Handling, Connecting to Marketplace, hingga Design Packing.

“Setelah beralih ke online, pertumbuhan bisnis saya sampai 50%. Karena kalo belanja online, konsumen kami membeli untuk stok. Jadi sepekan mereka bisa pesan sampai dua-tiga kali. Jadi ya secara bisnis dengan beralih ke digital sangat membantu kami,” tuturnya.

Sayang, bisnis sayur mayur dan bahan lauk siap masak Nyeruit Shop masih dilakukan secara sederhana. Artinya ketika ada pesanan barulah mereka berbelanja untuk kemudian dipotong, dikemas dan diantarkan kepada konsumen.

“Kami sangat menjaga kesegaran produk. Sehingga tidak bisa melayani pesanan yang jauh. Selain menjaga kesegaran produk, kami tidak ingin membebani biaya antar ke konsumen. Kami mematok biaya antar ke konsumen tak lebih dari Rp10.000,” paparnya.

Alhasil Umi hanya mampu memenuhi pesanan sampai Kemiling, yang berada di daerah perbatasan Kota Bandar Lampung-Kabupaten Pesawaran yang jarak tempuhnya sekitar setengah jam. Sempat ada permintaan dari Natar, Kabupaten Lampung Selatan, namun terlalu jauh.

Direktur Utama Pusat Investasi Pemerintah (PIP) Ririn Kadariyah menuturkan berbagai langkah dilakukan pemerintah untuk melindungi kelompok ultra mikro, salah satunya mempersiapkan pendampingan literasi digital, pemasaran e-commerce, media sosial dan platform digital lainnya, agar mereka dapat beradaptasi dengan pola penjualan di era baru.

“Dalam kondisi berat seperti sekarang, pendampingan mutlak diperlukan oleh para pelaku usaha UMi yang jumlahnya sangat besar. Mereka adalah ujung tombak kemerdekaan ekonomi. Untuk itu perlu ada pendampingan agar mereka dapat beradaptasi dengan pola penjualan di era baru,” kata Ririn Kadariyah.

Dilihat dari perkembangan data hingga semester pertama 2020, PIP telah menyalurkan kredit ultra mikro (UMi) senilai lebih dari Rp 7 triliun kepada lebih dari 2,25 juta pengusaha ultra mikro di 464 kabupaten/kota di 34 provinsi. Penyaluran dilakukan oleh 46 linkage dan BUMN (PNM dan PT. Pegadaian).

Dari jumlah tersebut, lebih dari separuh (54 persen) penerima manfaat kredit UMi mengambil pinjaman senilai Rp2,5 juta dengan mayoritas (89 persen) tenor pinjaman yang diambil adalah tujuh bulan hingga setahun.

Sementara pelaku usaha mikro yang memanfaatkan UMi sebagian besar adalah perempuan (93 persen) dengan usia di atas usia 40 tahun (58 persen). PIP mengharapkan melalui kredit UMi, bisa menumbuhkan dan memperkuat kemandirian usaha di seluruh masyarakat di Indonesia.(bn/69)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *